Minggu, 23 September 2007

Pilih "Smartphone" atau "PDA Phone"?

Sebuah pertanyaan yang kerap muncul dari orang yang tidak ingin terjebak atau kecewa setelah membeli peranti handheld yang ternyata tidak sesuai dengan kebutuhannya. Memang, bila dilihat sepintas, gadget yang berbeda aliran tersebut sepertinya sama yaitu sama-sama memiliki fungsi PDA dan sama-sama juga dapat digunakan untuk menelefon. Tapi, bila Dezoner melihat lebih dalam lagi, akan tampak perbedaan-perbedaan di antara peranti yang memang pada awalnya sudah berbeda tujuan kegunaannya. Karena induknya berbeda, maka akan membuat peranti tersebut hanya cocok kalau Dezoner memilihnya dengan tepat, sesuai dengan fungsi yang memang Dezoner perlukan.

Kita bedakan peranti-peranti tersebut menjadi dua kategori berdasarkan fungsi dasarnya yaitu PDA-phone dan smartphone. PDA-phone adalah PDA yang diberi tambahan fungsi handphone, sedangkan smartphone adalah handphone yang ditanamkan fungsi PDA. Mari kita lihat perbedaan-perbedaan di antara kedua produk tersebut.

Desain dan ukuran

Perbedaan mencolok pada keduanya adalah desain dan ukuran. Smartphone umumnya dibuat sekecil mungkin. Hal ini karena filosofi dari ponsel adalah kecil, ringan, mudah dikantongi, baterai tahan lama, serta kemudahan untuk mengakses fungsi ponsel seperti tombol numerik yang gampang dipencet. Percayalah, dengan tombol numerik, Dezoner akan mudah memutar nomor atau mengisi ulang pulsa ketimbang Dezoner menggunakan layar sentuh.

Bila Anda memilih PDA-phone, maka Dezoner mesti bersiap kehilangan sebagian fasilitas yang ada pada ponsel. Dezoner akan ketinggalan gambar-gambar lucu yang dikirim teman-teman via SMS. Selain itu, Dezoner juga harus bersiap-siap untuk men-charge PDA-phone hampir setiap malam. Mengapa? Karena PDA-phone menggunakan prosesor yang mengutamakan kecepatan, tentunya berbanding lurus dengan konsumsi baterai. Semakin kencang “larinya” prosesor, konsumsi daya lebih besar pula. Berbeda dengan kecepatan prosesor pada smartphone, kecepatan prosesornya tidaklah sekencang PDA-phone, sehingga konsumsi baterainya lebih irit.

Belum sempurna

Memang, di antara keduanya belum ada yang sempurna. Formula penggabungannya belum ditemukan yang benar-benar pas dan oke buat Dezoner yang menginginkan peranti yang sempurna. Bukannya tidak bisa, mungkin lebih kepada faktor bisnis dan strategi persaingan saja. Setidak-tidaknya, kedua peranti tersebut masih menerima untuk menjalankan program aplikasi bawaan pabrik. Jadi, masih bisa mengoptimalkan peranti Dzoner dengan bantuan-bantuan software dari luar (3rd party).

Jika Dezoner berencana untuk membeli peranti handheld tersebut, pastikan bahwa peranti yang kamu pilih dapat di-expand. Misalnya, memornya bisa ditambah, sehingga Dezoner tak perlu lagi membeli peranti baru dalam waktu dekat.

Sampai di sini, sudahkah Dezoner menentukan pilihan mana yang akan kamu beli? Pilihlah dengan bijaksana, agar investasi kamu tidak sia-sia. Apalagi, peranti tersebut harganya tidak murah. Sebuah pepatah kuno sepertinya cocok sebagai bahan pertimbangan dalam hal memilih smartphone atau PDA-phone. ”Jangan menyimpan telur dalam satu keranjang”. Bila tiba-tiba kehabisan baterai karena habis digunakan untuk mengoperasikan fungsi PDA, otomatis fungsi telefon nya tidak bisa digunakan. Jadi riskan sekali kan? Bagi yang mengutamakan keandalan dan keamanan, tidak ada salahnya membawa dua gadget yang berbeda yaitu handphone yang powerfull dan PDA. Selamat memilih!

Tidak ada komentar: